KREATIF: Warga Tracap olah gula Jawa |
Menurutnya, jumlah tersebut terbilang menurun, karena sebelumnya sesuai dengan data yang ada, hampir 600 orang atau kepala rumah tangga menjadi pengolah sari pohon kelapa. Namun, karena berjalannya waktu dan banyak yang merantau ke luar Jawa maka jumlahnya semakin berkurang. “Rata-rata untuk yang sudah jadi gula maka dijual ke pasaran. Dan ada sebagian besar yang menjualkannya ke pengepul di desa,” terangnya.
Potensi itu menjadi sumber pendapatancukup besar mengingat untuk penghasil sarinya berupa pohon kelapa menjadi komoditas terbesar di desa Tracap.. Sebab, kondisi lahan yang kering menjadikan tanah cocok untuk ditanami tanaman kelapa. “Hampir satu rumah bisa ada yang punya 10 pohon kelapa atau 15 pohon kelapa,” terangnya.
Sementara itu, Wahidi warga Tracap mengaku, selama puluhan tahun sudah membuat gula jawa dan berhasil mencukupi kebutuhan keluarga dari penyadap dan pengolah hasil pohon kelapa. “Sudah sejak kecil saya mengelola pohon kelapa untuk kemudian dijadikan sumber penghidupan,” terangnya.
Menurutnya, kadang hasil air pohon kelapa dijadikan gula jawa. Untuk mendapatkan air pohon aren tak mudah. Karena butuh empat bulan untuk bisa mengeluarkan airnya. Tahapan awal, harus melakukan proses pembungkusan terhadap batang dibagian bawah buah aren. Kemudian, ditunggu selama empat bulan barula dipotong dengan pisau yang tajam.
“Untuk mendapatkan airnya tidak mudah, karena batangnya harus benar-benar matang terlebih dahulu. Supaya aliran airnya deras dan dapat berlimpah,” Tambahnya.
Selain itu, harus bekerja setiap hari. Memasang bambunya pada sore kemudian mengambilnya pada pagi hari. “Dulu ada beberapa pohon kelapa yang tumbuh di samping rumah,” terangnya.
Disebutkan pula, hasil gula jawa yang sudah diprosesnnya, perkilo dijual dengan harga Rp9ribu kepada pengepul. “Alhamdulilah selama ini bisa digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari,” terangnya. (Red-HW38/Foto: Jamil/Harian Wonosobo).
0 komentar:
Post a Comment