Petani tembakau di Wonosobo |
“Saat ini kami khawatir untuk menanam tembakau. Sebab, biaya untuk penananam tembakau cukup tinggi, sementara harganya juga belum pasti. Hanya ada sekitar 10 persen saja petani yang menanam tembakau,” ungkap petani tembakau asal Lengkong, Kecamatan Garung Embuh disela-sela merawat tembakau di ladanganya, kemarin.
Jumlah yang menanam tembakau sejak mulai tahun 2000 sudah berkurang drastis. Karena, pada kisaran tahun 1995 hampir semua petani tembakau di wilayah Sindoro secara serentak menanam tembakau.
“Hampir semua petani tembakau dulu menanam semua. Namun, karena turunnya harga yang terlalu drastis. Sejak tahun, 2000 sudah mulai turun,” ungkapnya.
Sebelum tahun 2000 nan, kata Embuh hampir petani tembakau mengalami kejayaan. Sebab, harganya masih sangat tinggi. Sementara itu, petani bisa dengan leluasa menjual barang dagangannya.
“Saat ini harus lewat tengkulak untuk bisa dijual ke gudang. Karena, kalau tidak memiliki kartu tidak diperbolehkan jualan langsung ke gudang,” tambahnya.
Rendahnya minat pentani untuk menanam tembakau, lebih dikarenakan ketika tidak laku maka daun tembakunya akan dibiarkan begitu saja bahkan karena hujan yang terlalu tinggi daunnya kadang membusuk. “Sekarang masih ada yang menanam, namun tidak semuanya,” ungkapnya.
Senada dengan petani tembakau di lereng Sumbing, Sunarto yang mengaku, pada tahun 1995 hampir semua lahannya ditanami tembakau ketika memasuki musim tanam. Namun, saat ini hanya sebagian saja lahannya yang ditanami tembakau.
“Dulu satu lahan bisa tanam samapi 50ribu bibit tembakau. Tetapi, saat ini hanya sekitar 5000 bibit saja. Sebab, kalau dipaksakan bisa rugi secara besar-besaran,” tuturnya.
Menurutnya, petani tembakau itu bisa terselamatkan ketika harganya stabil. Sebab, kadang harga tidak stabil membuat petani menjadi rugi.
“Harga tembakau itu kadang aneh, sebab tahun kemarin murah, tahun ini bisa mahal. Dan sampai saat ini juga tidak diketahui sebabnya. Karena, kebutuhan rokok juga tetap tinggi. Namun, harganya kadang rendah dan kadang tinggi,” tuturnya.
Ia mengharapkan, agar ada regulasi yang diatur pemerintah supaya harga tembakau stabil. Sebab, petani saat ini yang paling sulit adalah penjualannya ketika barangnya sedang banyak.
“Pemerintah kan bisa kerjasama dengan perusahaan rokok, untuk penyaluran daunnya. Supaya, harganya tetap stabil. Dan ketika musim tanam tembakau maka petani dapat untung,”harapnya. (Red-HW34/Foto: Harian Wonosobo).
0 komentar:
Post a Comment