Sejarah Gunung Sikudi Kejajar Wonosobo bentuknnya menyerupai celurit ini sangat unik. Setiap nama tentunya memiliki arti, hanya saja tak sedikit yang mencoba mencari sejarah pemberian nama suatu benda. Seperti halnya, Gunung Sikudi yang berada di pegunungan tinggi dieng sebelah barat daya dan masih dalam wilayah Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo.
Setiba di Desa Kreo, Kecamatan Kejajar maka akan menyaksikan sebuah gunung yang menyerupai celurit menghadap ke langit. Gunung itulah memiliki nama Gunung Sikudi yang di yang diperkirakan mempunyai ketinggian 2237 m DPL dengan posisi berderetan dengan Pakuwaja (2595 m), Gunung Sikunir (2463), gunung Perahu (2665m).
Gunung Sikudi berasal dari kata Sikudi, Kudi atau Kudhi mempunyai arti alat bantu pekerjaan untuk membelah atau memotong benda keras, seperti parang, kudi hanya memiliki satu sisi tajam, berbentuk agak melengkung menyerupai celurit tetapi bagian pangkalnya membesar. Bentuk kudi yang lebih langsing dapat dipergunakaan sebagai senjata. “Kudi adalah alat yang biasa digunakan pada zaman Hindu-Budha,” Terang Fathan Saida Kelompok Pecinta Alam yang juga Ketua Pemuda Desa Kreo, Kecamatan Kejajar kepada Harian Wonosobo.
Sembari menunjukkan Gunung Sikudi, Fathan menceritakan,pada wangsa sanjaya si adalah kata yang digunakan untuk mengkhususkan obyek, semisal si Ahmad yang dimaksudkan Ahmad tertentu. Kata si sepadan dengan isim ma’rifat dalam tata bahasa arab yang di tandai dengan alif lam didepan, seperti dalam kata al masjidu yang berarti masjid yang diokhususkan.
“Jadi Sikudi adalah gunung yang sudah tertentu, seperti nama-nama tempat wilayah dieng pada umumnya yang ditambah dengan awalan si. Seperti Sikudi, Sikunir, Sikari, dan Sindoro,” jelasnya.
Menurutnya, penamaan sikundi pada gunung tersebut dipautkan bentuknya yang seperti celurit menghadap ke atas. Sebab, kondisi gunungnya yang terlihat hampir menyerupai celurit. “Bisa dilihat dari desa kami, bentuknya sudah menyerupai celurit,”jelasnya.
Kata Fathan, Sikudi merupakan gunung yang dijadikan jalur utama oleh penduduk Jeblugan (Kreo Purba) untuk mendatangi pusat kota religi (Dieng) sekaligus singgasana Kerjaan Hindu Wangsa Sanjaya terutama pada masa Sri Maha Raja Rakai Garung. “Sebelum terjadi letusan gunung di kawasan Dieng, gunung sikudi merupakan jalur utama menuju dieng, karena jarkanya terbilang dekat dan aksesnya mudah,”Jelasnya. (Red-HW38/Foto: Jamil).
Setiba di Desa Kreo, Kecamatan Kejajar maka akan menyaksikan sebuah gunung yang menyerupai celurit menghadap ke langit. Gunung itulah memiliki nama Gunung Sikudi yang di yang diperkirakan mempunyai ketinggian 2237 m DPL dengan posisi berderetan dengan Pakuwaja (2595 m), Gunung Sikunir (2463), gunung Perahu (2665m).
Gunung Sikudi berasal dari kata Sikudi, Kudi atau Kudhi mempunyai arti alat bantu pekerjaan untuk membelah atau memotong benda keras, seperti parang, kudi hanya memiliki satu sisi tajam, berbentuk agak melengkung menyerupai celurit tetapi bagian pangkalnya membesar. Bentuk kudi yang lebih langsing dapat dipergunakaan sebagai senjata. “Kudi adalah alat yang biasa digunakan pada zaman Hindu-Budha,” Terang Fathan Saida Kelompok Pecinta Alam yang juga Ketua Pemuda Desa Kreo, Kecamatan Kejajar kepada Harian Wonosobo.
Sembari menunjukkan Gunung Sikudi, Fathan menceritakan,pada wangsa sanjaya si adalah kata yang digunakan untuk mengkhususkan obyek, semisal si Ahmad yang dimaksudkan Ahmad tertentu. Kata si sepadan dengan isim ma’rifat dalam tata bahasa arab yang di tandai dengan alif lam didepan, seperti dalam kata al masjidu yang berarti masjid yang diokhususkan.
“Jadi Sikudi adalah gunung yang sudah tertentu, seperti nama-nama tempat wilayah dieng pada umumnya yang ditambah dengan awalan si. Seperti Sikudi, Sikunir, Sikari, dan Sindoro,” jelasnya.
Menurutnya, penamaan sikundi pada gunung tersebut dipautkan bentuknya yang seperti celurit menghadap ke atas. Sebab, kondisi gunungnya yang terlihat hampir menyerupai celurit. “Bisa dilihat dari desa kami, bentuknya sudah menyerupai celurit,”jelasnya.
Kata Fathan, Sikudi merupakan gunung yang dijadikan jalur utama oleh penduduk Jeblugan (Kreo Purba) untuk mendatangi pusat kota religi (Dieng) sekaligus singgasana Kerjaan Hindu Wangsa Sanjaya terutama pada masa Sri Maha Raja Rakai Garung. “Sebelum terjadi letusan gunung di kawasan Dieng, gunung sikudi merupakan jalur utama menuju dieng, karena jarkanya terbilang dekat dan aksesnya mudah,”Jelasnya. (Red-HW38/Foto: Jamil).
0 komentar:
Post a Comment