Iklan

Iklan

iklan

iklan
  • Berita Terkini

    Sunday 14 June 2015

    Raudhatul Athfal di Wonosobo Terpaksa Numpang Belajar di Gedung Ngaji

    NUMPANG: RA di Wonosobo numpang beajar
    Keberadaan kelas jauh (filial) Raudhatul Athfal (RA) Nurrussobah dusun Larangan Onje, Desa Mojosari, Kecamatan Mojotengah mampu menjawab persoalan rendahnya anak-anak umur empat sampai lima tahun untuk melanjutkan. Sayang, keberadaannya belum diimbangi dengan sarana prasarana sekolah yang memadai, karena selama ini belum memiliki gedung sekolah, akhirnya mereka terpaksa harus numpang belajar di gedung ngaji Miftahul Huda.

    Sebelum tahun 2013 anak-anak berumur 4 sampai 5 tahun di dusun Larangan Onje cukup banyak yang tidak menempuh jalur pendidikan anak di usia dini atau taman kanak-kanak. Sebab, untuk mengenyam jalur pendidikan anak diusia dini mereka harus menempuh jarak sekitar 1,5 kilometer di kampung sebelah bernama Lemiring. 

    Melihat persoalan tersebut, muncul rasa iba dari Raudhatul Athfal (RA) di Mojosari untuk menyediakan kelas jauh di Larangan Onje. Kelas itu diperuntukan bagi  anak-anak Larangan Onje agar tetap bisa mengenyam jalur pendidikan anak di usia dini.

    “Awal mula kasihan sama anak-anak usia 4-6 tahun harus melanjutkan TK di Lemiring. Padahal, jarak yang harus ditempuh jalannya cukup jauh,” jelas guru RA  Nurrussobah Larangan Onje, Desa Mojosari, Kecamatan Mojotengah, Sugiyanti disela-sela mengajar, Rabu (27/5/2015). 

    Perjalanan awal proses pendiriaan RA pun membutuhkan perjuangan. Karena, harus belajar dengan berbagai keterbatasan. Baik, keterbatasan kursi (ruang kelas) maupun gedung sekolah. 

    Perjuangan  itu selalu saja dimudahkan jalannya, apalagi niatnya tulus ingin mencerdaskan anak-anak di kampung terpencil. Hingga akhirnya, pada awal berdirinya warga merelakan gedung ngajinya untuk digunakan proses belajar mengajar.

    “Sekolah belum memiliki gedung  untuk proses belajar mengajar. Sehingga, anak-anak terpaksa numpang belajar di gedung TPQ,” tuturnya.  

    Keberadaan RA  Nurrussobah mampu memberikan masalah yang dihadapi oleh warga sekitar. Karena, dalam perjalanannya, anak-anak umur 4 sampai 6 tahun bisa tertampung di sekolah tersebut. Bahkan,  kampung yang berbeda Kecamatan pun merasakan dampaknya bisa mudah memperoleh akses pendidikan bagi anak-anaknya.

    “Jumlah murid yang belajar di RA ada 20 anak yang terbagi dalam dua kelompok belajar. Kelompok A berjumlah 0 anak dan kelompok B berjumlah 11 anak. Mereka merupakan siswa dari Larangan Onje 14 anak dan Kalitelu 6 anak,” katanya. 

    Musti keberadaan kelas jauh baru berdiri selama dua tahun, sejak tahun 2013. Namun, dengan didampingi oleh dua tenaga pendidik mampu menjadikan sekolah berjalan dengan baik.

    “Ada 2 guru yang berjuang mengajar anak-anak di RA,” tuturnya. 

    Musti keberadaanya dirasakan sangat membantu warga sekitar, tetapi kebutuhan yang paling mendesak dan sangat diperlukan sekolah saat ini ialah gedung sekolah. Sebab, selama ini belum memiliki gedung sekolah dan numpang di tempat ngaji.

    “Warga sudah menyediakan lahan, hanya saja belum bisa membangun gedung. Dan kami sangat membutuhkan gedung agar tidak numpang di gedung ngaji,” harapnya. (Red-HW49/Foto: Harian Wonosobo).
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Raudhatul Athfal di Wonosobo Terpaksa Numpang Belajar di Gedung Ngaji Rating: 5 Reviewed By: Unknown
    Scroll to Top