Muhsinun Hudaya (kanan) warga Jlamprang, Wonosobo |
Kala itu, pada tahun 1990 Muhsinun belum memiliki keinginan untuk bekerja di luar Jawa. Namun, karena ingin merubah nasib, maka Muhsinun merelakan diri untuk merantau ke Kepayang, Kabupaten Curup, Provinsi Bengkulu. Tujuannya, hendak mencari pekerjaan layak untuk bisa menghidupi dan mencukupi kebutuhan keluarganya.
Pada tahun 1991, Muhsinun sampailah di Bengkulu. Namun, sebelum ke bengkulu sudah menggeluti dunia tralis terlebih dahulu di Jawa Timur. “Saya memulai belajar tralis di Jawa Timur. Karena, sebagian besar orang yang di Bengkulu adalah orang Jawa Timur,” terang Muhsinun.
Genap 8 bulan di Bengku, Muhsinun sudah mampu menggeluti dunia tralis dari dasar sampai ke puncaknya. Hingga, akhirnya Muhsinun menekadkan untuk pulang kampung dan bangun usaha tralis di kampungnya Jlamprang. “Setelah saya bisa membuat tralis, saya pulang dan bangun usaha tralis sendiri di rumah,” katanya.
Awalnya tak ada satupun warga yang bisa mengerjakan atau menekuni dunia tralis. Namun, karena pekerjaan tralis tak bisa dikerjakan sendiri maka Muhsinun mengajak tetatangganya untuk bekerja membantunya. “Secara otomatis saya butuh pekerja, dan warga sini yang membantu saya,” ucapnya.
Lambat-laun,usaha tralisnya bangkit. Tentunya, penghasilannya cukup besar, karena belum banyak yang melakoninya. Emat tahun berjalan, para pekerjanya mulai tahun 1994 mulai membuka usahanya sendiri. Karena, kebutuhan las dan tralis besar maka Muhsinun pun memperbolehkan lainnya untuk ikut menjadi pengusaha tralis.
Dalam perjalanannya, pengrajin tralis mulai banyak. Karena, mereka mulai merasakan akan keuntungannya. “Tambah tahun, mulai banyak yang meminati usaha tralis,” ujarnya.
Jasa Muhsinun pun, mampu membuat pemuda-pemuda Jlamparng yang dulunya nganggur memiliki pekerjaan. Karena, semakin banyak pengusaha tralis, maka semakin sedikit yang ngangur. “Dulu banyak sekali yang nanggur karena tidak ada lowongan pekerjaan. Tetapi, sekarang sudah banyak warga yang bekerja di teralis,”jelasnya.
Terbukti, 15 tahun sudah berjalan, sudah ada 85 pengusaha tralis di Jlamprang. Mereka, menggeluti dunia tralis dengan memberdayakan para warganya. Hasilnya, mulai kesulitan untuk memperoleh tenaga kerja. Karena, hampir semuanya sudah bekerja di pengrajin tralis.(Red-HW29/Foto: Jamil).
0 komentar:
Post a Comment