LINDUNGI ALAM:
Para anggota yayasan MPCF di gunung prau.
|
Berawal dari keprihatinan terhadap kerusakan gunung perahu akibat ulah
manusia, mendorong yayasan Mount Prau Conservation Foundation (MPCF) untuk
melindungi gunung prau. Caranya dengan melakukan pemantauan terhadap
pembalak liar serta mereboisasi kawasan utara gunung prau yang sudah
gundul. Karena, kawasan utara prau sudah tandus, dibandingkan dengan
kawasan selatan prau.
Perempuan berkerudung merah, mengenakan kacamata itu bernama Desi Kristina.
Yang tak lain adalah Sekretaris sebuah yayasan yang mencoba untuk
melindungi gunung prau dari ancaman kerusakan. Yayasan itu bernama Mount
Prau Conservation Foundation (MPCF). "Setahun sebelumnya kami sudah
sering berkumpul. Dalam perkumpulan antara temen-temen dari Temanggung,
Banjarnegara, Pekalongan, Batang dan Wononosobo itulah muncul ide untuk
mendirikan sebuah yayasan yang melindungi gunung prau," Terang
Desi, Perempuan pecinta alam asal Wonosobo ini kepada Harian Wonosobo disela-sela
kesibukannya mencari dan mengabadikan sebuah momentum.
Sembari menunjukkan dokumentasi kegiatan yayasannya itu, Desi mengaku,
setelah disepakati untuk membentuk sebuah yayasan. Agar keberadaannya diakui,
maka ditetapkan dalam akta notaris, resmi didirikan sejak 22 April 2014.
Berdirinya yayasan tersebut, bukan tanpa tujuan. Karena, diawali dengan
maraknya pengunjung yang membuang sampah sembarangan.
Lalu, maraknya pencurian kayu yang mengakibatkan ketimpangan lereng hutan
selatan dan utara. "Untuk lereng
Selatan masih bagus, tetapi utara sudah gundul,"terangnya.
Dipilihnya anggota komunitas dari berbagai daerah, karena ketika berbicara
prau maka tak bisa dilepaskan dari wilayah disekitarnya.
"Gunung prau itu merupakan
sebuah gunung yang wilayah meliputi lima kabupaten. Jadi tidak bisa
masalah kerusakan diselesaikan sendiri. Butuh berbagai orang-orang
disekitarnya. Dari situlah, kami membntuk yayasan yang kelompoknya dari
berbagai daerah," Terangnya.
Kerja konkrit yang dilakukan yayasan peduli prau juga ada. Karena, dalam
sebulan sekali mengadakan giliran ronda untuk mewaspadai pencuri kayu.
"Kamipun secara ruti bergilir ronda untuk nangkap maling kayu, karena
maling kayu itu merupakan perusak tersebar yang membuat gunung prau sebelah
utara menjadi tandus,"terangnya.
Untuk meminimalisir ancaman kebaran ketika musim kemarau, anggota juga membikin
jalur untuk evakuasi ketika perahu kebakaran. Sebab, dengan jalur evakuasi maka
akan memudahkan cara penanganan secara cepat dan tepat. "Jalur itu kunci
utama untuk meminimalisir kerusakan gunung
prau,"terangnya.
Untuk gunung prau yang sudah mulai tandus, dicarilah solusi dengan mereboisasi
secara rutin. Tak berhenti disitu, karena langkah yang paling penting
selanjutnya adalah perawatan paska reboisasi. "Tidak hanya mereboisasi,
tetapi paska reboisasi juga dilakukan
perawatan dengan cara pemupukan tiga bulan sekali dan reboisasi setahun
sekali," Terangnya.
Ketua Yayasan Mount Prau Conservation Foundation (MPCF) Andi Gunawan mengaku,
motif utamanya adalah menjaga gunung dari kerusakan. Karena, dalam kegiatannya
dilakukan secara swadaya dan bantuan donasi. "Tugas terberat kami
mengatasi pengunjung yang membludak. Karena, sampah dari pengunjung sangat
banyak dan betapa sulitnya menyadarkan
pengunjung. Apalagi, pada Agustus sampai 4ribu pengunjungnya,"terangnya. Ia
mewakili komunitasnya, berharap agar jagalah gunung prau dan jang dirusak.
Karena, ketika dirusak maka gunung akan marah dan membawa petaka bagi manusia.
(Red-HW89/Foto: Jamil).
0 komentar:
Post a Comment