Iklan

Iklan

iklan

iklan
  • Berita Terkini

    Wednesday 1 July 2015

    Perajin Kuda Lumping di Wonosobo adalah Pahlawan Seni

    SETIA: Kasmoyo yang setia membuat kuda lumping
    Wonosobo, Harian Wonosobo – Perajin kuda lumping di Wonosobo adalah pahlawan seni. Hal itu patut disandang bagi mereka yang masih peduli dengan kesenian Jawa tersebut di tengah gempuran globalisasi.

    Salah satunya adalah Kasmoyo yang setia membuat kuda lumping. Demi melestarikan kuda lumping, maka membuat Kasmoyo warga Kalicecep, Kecamatan Kertek berupaya melestarikan dan membuat ketrampilan kuda lumping dari bambu. Di satu sisi memberikan aspek ekonomi, di sisi lain memberikan aspek melestarikan budaya adiluhung.

    Menjadi seorang yang terampil dalam seni itu, tak hanya pandai membuat saja. Namun, juga harus mengerti makna tentang apa yang dibuatnya.

    “Lebih utamanya kalau bisa membuat itu juga harus  tahu makna dan sejarahnya,” ungkap Kasmoyo kepada Harian Wonosobo di rumahnya.

    Begitu halnya dengan ketrampilan kuda lumping yang dimilikinya, Ia paham betul tentang makna dan sejarah tentang kuda lumping.

    “Kuda lumping itu berasal dari dua kata  kuda itu maknanya kuda dan lumping itu adalah bambu. Jadi jika digabungkan kuda lumping itu mempunyai makna kuda yang terbuat dari bambu,” tuturnya.

    Bukan hanya paham akan maknanya, tapi Kasmoyo juga paham tentang asal muasal ketrampilan itu. Disebutkan, ketika jaman Kerajaan Majapahit kuda itu digunakan oleh para raja untuk dimanfaatkan tenagannya dalam berperang. Dalam peperangan yang menggunakan kuda itu para Raja sering memenangkan peperangan. Sehingga masyarakat pada zaman itu membuat kuda lumping sebagai simbol kejayaan Majapahit.

    “Nah dari kemenangan raja pada saat perang dengan naik kuda itulah yang membuat warganya mengenang jasanya dengan membuat simbol kuda dari bambu. Karena pada saat itu bambu sangat banyak,” terangnya kepada harianwonosobo.com.

    Lepas dari sejarah dan Makna kuda Lumping, Kasmoyo mengawali pekerjaan sebagai pembuat kuda lumping itu sejak tahun 1970 paska mendapat pelatihan dari SD.

    “Dulu pada saat sekolah di SD saya menyukai anyaman bambu, kemudian disekolah disuruh untuk membuat anyaman kipas. Dari situlah yang membuat saya semangat untuk membuat anyaman bambu,” jelasnya.

    Berbagai jenis anyaman dari bambu sudah pernah dibuatnya, Mulai dari membuat Entik, Topi lancip, Tampah, Irik, Tumbu. Berkat keinginan dan jiwa seninya dalam menganyam itulah membuat Kasmoyo mempunyai inisisatif membuat kuda Lumping.

    “Kemudian setelah saya mencoba membuat berbagai anyaman dari bambu saya mempunyai inisiatif membuat kuda lumping pada tahun 1970,” terangnya.
    Proses pembuatannyapun cukup mudah, sebab dalam proses pembuatanya hal yang pertama dilakukan adalah bambu dikeringkan, kemudian diirat, kemudian dihaluskan baru dianam dan dibentuk kuda lumping.

    “Harus teliti dalam menganya tidak boleh asal-asalan. Sebab untuk ukuran panjang bawah itu 60 cm. Pnjang atas itu juga 60 cm,” jelasnya.

    Seusai dianam kuda lumping kemudian dicat mengggunakan cat kayu. Sementara warnanya juga disesuaikan dengan warna kuda. Mulai  kuda hitam, kuning, kembang duren, merah, kemudian putih.

    “Satu saset itu warnanya beda-beda, untuk putih satu untuk komando, hitam untuk patih, kuning untuk senopati, kembang duren untuk prajurit,” katanya.

    Model kuda lumping juga bervasriasi, Ada model Jawa Timuran. Model Majapahitan dan Model Cekapan. Untuk model jawa timur itu biasanya identik dengan kepala besar. Kemudian model Majapahit Serasi antara kepala dan badan, dan untuk model cekapan itu identik dengan postur kuda yang serba cukup.

    “Lebih mudahnya untuk membedakan modelnya itu Kalau yang Jawa timur itu 90 persen, Majapahit 70persen dan cekapan 60 persen,” jelasnya.

    Pesanan juga datang tak hanya dari Wonosobo, namun juga dari Luar daerah. Mulai dari Temanggung, Magelang, Banjar Negara, Purworejo. “Biasanya pesanan itu menyesuaikan dengan daerahnya ada yang beli model jawa timur dan juga majapahit. Bisa juga yang cekapan,” tukasnya.

    Terkait harga yang dijualnya juga bervariasi, harga untuk model jawa timur hargannya Rp. 190 perbiji, majapahit Rp 170 perbiji dan Cekapan Harganya Rp. 160 perbiji.

    “Satu set Jawa timur itu jumlahnya enam. Dan Satu set Majapahit Jumlahnya 7 kemudan satu set cekapan jumlahnya 9-13,” terangnya. (Red-HW45/Foto: Harian Wonosobo).
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Perajin Kuda Lumping di Wonosobo adalah Pahlawan Seni Rating: 5 Reviewed By: Unknown
    Scroll to Top