“Sejumlah keberatan ini muncul di antaranya, kejenuhan siswa. Terkait dengan kejenuhan siswa ini. Sesungguhnya guru tidak mungkin mengatakan siswa jenuh belajar. Ketika guru mengatakan siswa ngantuk berarti gurunya yang tidak bisa ngajar. Jenuh atau ngantuk tergantung gurunya,” ungkap kepala bidang Bina Program dan Pengembangan Dinas Pendidikan, Kebudayaan dan Olahraga Kabupaten Wonosobo, Musofa di kantornya, Senin (13/7/2015).
Persoalan kejenuhan ini tergantung statregi pembelajaran dan kemampuan guru menciptakan sistuasi pembelajaran. Karena, dengan menciptakan situasi pembelajaran maka akan bisa diselesiakan peroslan kejenuhan.
“Jika masih terjadi kejenuhan maka yang perlu diperbaiki gurunya,” terangnya.
Keberatan lainnya, muncul karena alasan pemboroasan. Sebab, muncul dalam diskusi karena nambahi uang saku.
“Menurut saya, jika anak-anak bisa membawa bekal makan maka mirip dengan sekolah maju di luar negeri. Ketika ada jam makan siang justru akan terjadi pola interaksi khusus, jika sekolah mampu menciptakan suasana itu maka akan semakin akrab. Yang penting ada penciptaaan situasi khusus,” terangnya.
Menurutnya, justru sebaliknya dengan adanya persiapan bekal dari rumah maka secara otomatis akan lebih hemat. Sehingga tidak perlu menambah uang saku. “ Tidak perlu nambahi uang saku tetapi bisa menghemat,” ujarnya.
Keberatan lainnya, di Wonosobo pulangnya sore perkiraaan, untuk SMA/SMK sudah di simulasikan pukul 16.15. Istirahat dua kali, istirahat kedua panjang.
“Sejauh ini belum ada yang memberitahu ke dinas, dan semua sekolah SMA/SMK masih menerima surat edaran dan belum ada penolakan,” katanya.
Pelaksanan 5 hari sekolah rujukannya surat edaran gubernur. Lalu setelah rapat dengan kepala SMA dan SMK itu mengungkap kemungkinan sisi positif dan negatif. (Red-HW34/Foto: Harian Wonosobo).
0 komentar:
Post a Comment