Iklan

Iklan

iklan

iklan
  • Berita Terkini

    Thursday 2 July 2015

    Ironi Pendidikan Wonosobo, Sekolah Cuma Ada 4 Guru, 14 Siswa di Gedung Reot

    Wonosobo, Harian Wonosobo – Ironi pendidikan Wonosobo, karena ada 4 (empat) Guru, 14 (empat belas) siswa kurang mampu belajar di gedung reot. Demikian gambaran di salah satu sekolah dasar di Wonosobo yang sangat membutuhkan perhatian.

    Serasa kejatuhan durian runtuh itulah gambaran rasa di dada saat menyaksikan aktifitas dan keberadaan sebuah sekolah dasar Cokro Aminoto di Sumberan, Kecamatan Wonosobo. Bagaimana tidak, ternyata masih ada sebuah sekolah dasar  di Wonosobo yang ketika hujan atapnya bocor, letaknya di pinggir kota yang atas tebing dan bawah sekolah juga jurang sehingga saat hujan di siang hari saat proses belajar mengajar di hati para guru pada ketakutan antara longsor dan keguguran.

    Keberadaan SD Cokro Aminoto Wonosobo tak terlalu jauh dari Wilayah perkotaan Wonosobo.  Hanya butuh waktu 15 menit dari kota ketika menggunakan kendaraan sebab jaraknya hanya  sekitar 700meter  dari alun-alun Wonosobo.

    Akan tetapi, sesampai di pertikungan Sumberan atau jalan yang letaknya dibawah Akper Wonosobo harus penuh kehati-hatian. Lantaran jalan yang menuju sekolah sangat sulit bahkan bisa terjatuh bila tak terbiasa melewati jalan berkelok yang sempit dan turunan itu.

    Tak ada tempat parkir yang luas, hanya dibawah emperan rumah tetangga kita bisa menaruh atau menitipkan sepeda. Meskipun, demikian, empat guru yakni Aswari, Indriani, Sudimah serta Lisa selalu menyempatkan dan menghabiskan hari-harinya bersama dengan empat belas siswa di SD tersebut.

    “Hanya ingin menularkan ilmu kepada anak-anak pinggiran yang juga punya hak untuk mendapatkan pendidikan,” jawab Indriani guru SD Cokro Aminoto saat ditanya Harian Wonosobo mengenai alasan tetap bertahan mengajar di sekolah tersebut.

    Memang secara akademis, sekolah pinggiran hanya dipandang sebelah mata. Rendahnya kualitas akademik siswa seringkali dianggap sebagai kegagalan proses pendidikan yang berlangsung di dalamnya.

    Meski demikian, Indriani tetap percaya jika pendidikan itu untuk mencerdaskan bagi siapapun baik kaya maupun miskin tetap mempunyai hak yang sama.

    “Di sini semua siswa ada 14 dan gurunya ada empat. Untuk kelas satu ada dua siswa, kemudian untuk kelas 2  ada satu, kelas empat ada satu, lalu kelas 3 ada tiga mrudi dan yang paud ada empat murid dan mereka semua kita gratiskan tidak ada yang bayar,” terangnya.

    Guru sekolah pinggiran cukup tahu diri untuk tidak berharap banyak atas prestasi akademis siswanya, meski demikian guru sekolah pinggiran berani berkompetisi dalam hal mengajar.

    “Biasanya dalam mengajar kita selalu  bergantian, seperti privat, satu dikasih tugas baru pindah ke kelas yang lain,” terang Sudimah yang juga guru di SD Cokro aminoto.

    Meskipun nilai akademiknya takkan bisa menyaingi kaum terpilih, tetapi paling tidak membuktikan bahwa proses pembelajaran telah berlangsung dengan baik.

    “Alhamdulilah proses belajar tetap berjalan dengan baik,” paparnya.


    Tanpa harus menjustifikasi siapakah yang salah, sekolah pinggiran seringkali semakin dipinggirkan. Bantuan-bantuan justru mengalir deras ke sekolah-sekolah favorit di tengah kota. Sekolah pinggiran membutuhkan banyak bantuan material dan moril.

    Dengan input yang sebagian besar memiliki kecerdasan rendah, dukungan keuangan yang juga rendah serta latar belakang keluarga yang kurang mendukung pendidikan anaknya kian menambah problematika pendidikan di sekolah pinggiran.

    Tak sedikit banyak yang diharapkan oleh guru-guru, mereka hanya menginginkan agar siswa-siswinya bisa membaca, menulis serta berhitung. (Red-HW45/Foto: Jam/Harian Wonosobo).
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Ironi Pendidikan Wonosobo, Sekolah Cuma Ada 4 Guru, 14 Siswa di Gedung Reot Rating: 5 Reviewed By: Unknown
    Scroll to Top