Iklan

Iklan

iklan

iklan
  • Berita Terkini

    Tuesday 1 December 2015

    Di Wonosobo, Perajin Dandang Tradisional Mulai Hilang, Ke Mana?

    Perajin dandang asal Cawet, Desa Surengede, Kecamatan Kertek sedang membuat dandang dan kenceng tradisional dirumahnya, Senin (30/11). 
    Wonosobo, Harian Wonosobo – Perajin dandang tradisional di kampung Cawet, Desa Surengede, Kecamatan Kertek mulai punah. Sebab, tinggal tersisa dua perajin yakni Suparman dan Parjiono yang bertahan untuk tetap melestarikannya.

    Suparman perajin dandang tradisional asal Cawet mengaku, para perajin sudah mulai beralih profesi. Sebab, sudah sangat sedikit masyarakat yang membutuhkan dandang tradisional. “Sekarang mulai bergeser, masyarakat banyak yang menykai dandang modern yang terbuat dari alumunium,” tuturnya disela-sela membuat dandang dari bahan tembaga dirumahnya, Senin (30/11).

    Menurutnya, pada saat kejayaan dandang tradisional, hampir semua warga memilih profesi perajin dandang. Namun, perjalanan waktu peminatnya semakin sedikit maka tinggal tersisa dua orang saja. “Dulu ada ratusan perajin dandang yang terbuat dari tembaga. Tetapi, saat ini tinggal tersisa dua perajin saja,” tuturnya.

    Menurutnya, untuk dandang dari bahan tembaga kualitasnya lebih terjamin. Sebab, bertahan sampai puluhan tahun. Namun, untuk dandang yang modern hanya bertahan beberapa tahun. “Sebenarnya dandang tradisional itu bisa dipakai puluhan tahun. Karena, bahannya dari tembaga. Sementara dandang dari bahan alumunium hanya bertahan beberapa tahun saja,”terangnya.

    Menurutnya, mulai turunya permintaan dandang tradisional karena harganya yang cukup tinggi. Sebab, untuk penjualan dandang dihitung perkilo. “Satu kilo itu harganya Rp120, dan setiap dandang biasanya mencapai 2,5 kg,” tuturnya.

    Parjiono perajin dandang tradisional yang tetap bertahan mengaku, tetap bertahan karena ingin melestarikannya. Sebab, sudah pernah mengalami kejayaan. “Dulu setiap pasangan yang sudah nikah dan hendak pisah sudah tentu pesen dandang. Tetapi, saat ini sudah sangat jarang, kalah dengan dandang modern,” tuturnya.

    Menurutnya, dandang tradisional itu lebih menjamin ketika digunakan untuk memasak. Sebab, hasilnya untuk menanak nasi lebih enak rasanya. “Sebenarnya kalau masak pakai dandang tradisional hasilnya lebih bagus. Karena, rasanya berbeda dengan rasa pakai dandang modern,”tuturnya.

    Dandang itu biasanya digunakan untuk  merebus air yang uapnya digunakan untuk mengukus, sekaligus sebagai tempat diletakkannya alat lain untuk menampung beras atau nasi.

    Angsang pada dandang tembaga tradisional dibuat dari anyaman bambu berbentuk runcing di bawah, sedangkan pada dandang aluminium moderen terbuat dari aluminium pula. Di bagian bawah kukusan bambu diletakkan separuh batok kelapa yang dilubangi agar air tidak mengenai nasi/beras. (Red-HW99/Foto: Jam/Harian Wonosobo).

    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Di Wonosobo, Perajin Dandang Tradisional Mulai Hilang, Ke Mana? Rating: 5 Reviewed By: Unknown
    Scroll to Top