Suasana lomba gapyak dalam rangkat HUT PGRI dan HGN |
Ratusan guru terlalu tangguh dalam memainkan balap gapyak dalam adu kemampuan diperlombaan tradisional tersebut. Sebagian regu yang diwakili oleh guru-guru cantik tak tertandingi. Namun, ada juga yang belum melangkah sudah terjatuh.
Regu lainnya harus jatuh bangun karena tak mampu menyamakan langkah mereka diatas gapyak. Sebaliknya, regu dari ranting lain ada yang tak kesulitan melaju karena bisa berjalan mulus hingga garis akhir dan memenangkan pertandingan.
Tak hanya lomba balap gapyak, perayaan HUT PGRI juga dimeriahkan beragam lomba tradisional lainnnya seperti balap karung dan tarik tambang hingga lomba tumpeng unik. Suka cita HUT PGRI semakin lengkap karena mereka diberikan penghargaan berupa piala.
Bianto salah satu guru yang ikut dalam perlombaan merasa senang bisa ikut memeriahkan HUT PGRI. Sebab, ada kesan tersendiri ketika bisa ikut lomba gapyak. “Kami sempat terjatuh, karena langkahnya tidak sama. Tetapi, bisa mengalahkan lainnya, karena lainnya terjatuh dipertengahan,” tuturnya disela-sela kegiatan, Kamis (26/11/2015).
Untuk bisa menang lomba balap gapyak, kuncinya adalah kompak. Sebab, jika satu regu tidak mengikuti instruksi didepannya, maka sebagian akan terjatuh. “Kuncinya kompak dan konsentrasi mendengarkan aba-aba,” tuturnya.
Ketua PGRI Cabang Watumalang, Heru Sutomo mengatakan, pada peringatan HUT PGRI dan HGN lomba Olah Raga Tradisional yang dilombakan adalah balap karung, balap gapyak, dan tarik tambang. Lomba beregu putra dan putri. Peralatan disediakan oleh panitia. “Semua lomba tersebut kami buat yang lebih unik. Karena, tujuannya agar guru kompak dan terhibur. Sebab, dihari ulang tahun ini guru harus merasa terhibur dan menjalin kekompakan,” tuturnya.
Disebutkan, setiap PGRI Ranting se- kecamatan Watumalang wajib untuk membawa tumpeng. Biaya pembuatan Tumpeng mendapat subsidi dari panitia sebesar Rp 250.000 tiap Ranting. “Tumpeng yang dibawa itu akan dinilai, penilaiannya dari keunikan dan bentuk tumpengnya.Ada sekitar 8 tumpeng yang diikutkan dalam lomba. Setelah dinilai, tumpeng tersebut dimakan secara besama-sama oleh guru,” terangnya. (Red-HW99/Foto: Harian Wonosobo).
0 komentar:
Post a Comment