Sungai
serayu di komplek Siwatu sudah mulai kehabisan material pasir, Jumat (30/10).
|
Menurutnya, meskipun ada meterial pasir tetapi harganya naik tajam. Sementara, kualitas pasir kalinya juga kurang bagus. “Saat ini kalau mau cari pasir sungai yang hitam sangat jarang. Karena, sudah tidak ada sama sekali. Paling, nunggu hujan turun, baru pasir yang hitam akan ada,” katanya.
Disebutkan, untuk meterial pasir sungai per truknya sudah mencapai Rp350ribu. Karena, pasokannya sangat sulit. “Kalau musim hujan harga Rp350ribu sudah paling bagus,”katanya.
Bukan hanya itu, puluhan kendaraan pengangkut material galian c rela berangkat pukul 03.00 dini hari demi mendapatkan material. Pasalnya, apabila berangkat lebih dari pukul tersebut, maka pulangnya dipastikan akan lebih siang.
Agus sopir angkutan material asal Garung, mengaku proses pembangunan yang hampir serentak dilakukan pada bulan Agustus-September ini memberikan dampak tersendiri bagi para pemborong. Karena, pemborong bangunan merasakan kesulitan untuk mendapatkan material. “Untuk bisa mendapatkan pasir dan batu memakan waktu yang cukup lama. Karena, kami harus antri berpanjang-panjang, Ya memang masih bisa mendapatkannya, tetapi karena proyeknya cukup banyak sehingga kami sendiri tidak bisa dapat material dengan cepat," ujarnya.
Langkanya pasokan pasir atau batu itu juga dipicu dengan adanya upaya tegas oleh pemerintah bagi para penambang liar. Karena, bila terbukti ada penambang nakal, maka langsung diperingatkan. “Aturan penambangan pasir sangat ketat,” tuturnya.
Ia mengaku jika membutuhkan pasir atau batu maka langsung mencarikannya ke wilayah pegunungan Sindoro. Karena, ada beberapa titik penghasil pasir dan batu yang dicari oleh beberapa sopir angkutan. "Saat ini stok pasir paling banyak di wilayah pegunungan. Sebab, kalau disungai sudah sangat jarang,”katanya. (Red-HW22/Foto: Jam/Harian Wonosobo).
0 komentar:
Post a Comment