Suasana melingkar pada peserta Diklatsar Banser Wadaslintang. |
“Ancaman terbesar kita bukan lagi ancaman perang, tetapi ancaman yang sangat mendasar adalah ancaman kebhinekaan, kebodohan dan kemiskinan. Untuk itu, sesuatu hal akan berhasil jika dikerjakan secara bersama-sama, dan bersatu lebih kuat daripada terpecah belah,” tutur ketua PAC GP Ansor Wadaslintang, M. Hanif Nurhidayat disela-sela diklatsar yang digelar di Desa Tirip, Kecamatan Wadaslintang, Minggu (11/10/2015).
Diklatsar Banser ini merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan anggota Banser. Untuk itu, setelah dididik dan dilatih harus bisa bersatu untuk menangkal berbagai persoalan yang dihadapi, baik agama, bangsa dan negara.
“Untuk itu sudah menjadi kewajiban banser dan ansor untuk bersatu melawan kemiskinan dan kebodohan. Karena, kemiskinan itu membawa kita kepada perpecahan,” tuturnya.
ancaman terhadap eksistensi kebhinekaan bangsa makin nyata. Saat ini banyak orang yang suka memaksakan kehendaknya. Orang lain yang punya pandangan berbeda dianggap salah.
Gus Inur juga menyampaikan, dalam memahami agama juga mulai ada upaya pemaksaan pemahaman. Orang lain yang pemahamannya berbeda dianggap salah dan kafir. Kelompok ini jelas menjadi ancaman nyata bagi eksisten kebhinekaan.
“Saya yakin yang bisa menjaganya adalah Banser. Untuk itu, banser harus tetap menjaga kebhinekaan. Caranya, dengan menjunjung tinggi sikap tasamuh (toleransi) terhadap perberbedaan pemahaman,” tuturnya.
Selain itu, ancaman kebodohon juga mengintai bangsa ini. Karena, saat ini masih banyak warga masyarakat yang belum bisa mengenyam pendidikan secara memadahi karena mereka tidak mampu membayar. Sedangkan negara belum mampu menggratiskan biaya pendidikan secara penuh karena uang negara banyak dikorupsi oleh oknum-oknum pejabat.
“Coba kita lihat, anak-anak anggota banser yang bisa menumpuh jalur pendidikan hingga SMA itu ada berapa. Bisa dihitung dengan jari, untuk itu sudah seharusnya, Banser memberantas ini semua dengan menyekolahkan anak-anaknya sampai perguruan tinggi,” katanya.
Inur juga melihat ada tanda-tanda kebangkitan Banser di Wadaslintang. Karena, sejak diklatsar tahun 2000, kini mulai digerakkan lagi pelatihan banser di tahun 2015.
“Saya melihat ada kekompakan antara ansor dan banser, karena sudah hampir 15 tahun tidak menggelar diklatsar di Wadaslintang. Kini diklatsar bisa diikuti langsung oleh ratusan peserta,” jelasnya. (Red-HW44/Foto: FJ/Harian Wonosobo).
0 komentar:
Post a Comment