Iklan

Iklan

iklan

iklan
  • Berita Terkini

    Friday 12 February 2016

    Petani Kubis Wonosobo Diterpa “Tsunami”

    Angkat - Petani sedang mengangkat kubis dipasar sayur Kertek, Kamis (11/2/2016). 
    Wonosobo, Harianwonosobo –  Perekonomian petani kubis di Kabupaten Wonosobo terguncang seperti “tsunami”. Sebab, sejak beberapa Minggu ini penurunan harga kubis sangat tajam, perkilonya kubis hanya terjual Rp700.

    “Tidak ada kepastian harga, harga selalu berubah-ubah. Seakan-akan kami mengalami krisis moneter, karena spontan harga turun drastis,” kata Suwarno petani Kubis asal Banaran di sela-sela memanen kubisnya, Kamis (11/2/2016).

    Selama ini, kata Suwarno tidak ada kepastian mengenai harga sayuran. Pengolah sayuran selalu dihadapkan pada persoalan antara naik dan turun. Takdir selalu dijadikan sebagai bahan kekesalan, agar petani tak putus asa.

    “Kalau sedang naik berarti keberuntungan sedang bersama petani. Tetapi, kalau harganya turun itu sudah menjadi takdir mas,”katanya.

    Kondisi penurunan harga selalu terjadi setiap satu tahun sekali. Namun, petani tidak bisa memprediksi kapan waktu harga kubis akan turun.

    “Setiap satu tahun sekali, harga dibawah Rp500 sudah dipastikan terjadi. Tetapi, petani sendiri tidak bisa memprediki waktunya,”tuturnya.

    Tak ada solusi yang bisa dilakukan untuk menekan kerugian. Hasil yang didapatkan tak sebanding dengan biaya pengolahan.

    “Kalau sudah seperti ini, kami hanya bisa pasrah. Semoga saja, penanaman bulan depan harga naik, sehingga bisa dijadikan ganti rugi,” katanya.

    Meskipun demikian, Ia mengaku tak ingin berhenti untuk menanam kubis. Karena, menanam kubis sudah menjadi kebiasaan para petani di wilayahnya.

    “Kami tetap ingin menanam, tetapi modal yang akan kami gunakan adalah hutang. Karena, kalau tidak hutang sudah tidak ada lagi modal,”tuturnya.

    Senada dengan petani asal Kalikajar, Bahrun yang mengaku, sudah dipastikan petani kubis akan mengalami kerugian. Karena, harga kubis terus turun.
    “Kalau harganya dibawah Rp1000 perkilogramnya, petani sudah tidak mungkin dapat keuntungan. Karena, harga aman untuk kubis itu dikisaran Rp1500 perkilogramnya,” jelasnya.

    Meskipun harga turun, petani tidak mungkin membiarkan tanaman kubisnya. Karena, prinsip petani, harga naik atau turun, ketika sudah saatnya panen maka akan dipanen.

    “Kalau sudah waktunya dipanen tidak mungkin dibiarkan, karena petani akan kena karma, petani harus berani menanggung kerugian,”jelasnya.

    Penurunan harga kubis, secara otomatis akan mengguncang perekonomian petani. Ekonomi akan melemah, sebagian petani akan banting setir mengolah lahannya untuk tanaman lain. “Selalu saja, petani yang menderita dampaknya,”tuturnya. (Red-HW99/Foto: Mi- Harian Wonosobo).

    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Petani Kubis Wonosobo Diterpa “Tsunami” Rating: 5 Reviewed By: Unknown
    Scroll to Top