Iklan

Iklan

iklan

iklan
  • Berita Terkini

    Tuesday 9 February 2016

    Misteri Jembatan “Merah” Wonosobo yang Mulai Rapuh

    Rapuh - Pengendara roda dua sedang melewati jembatan merah di Lipursari, Kecamatan Leksono, Rabu (3/2/2016).
    Wonosobo, Harian Wonosobo - Sejatinya banyak sekali peninggalan Belanda di Kabupaten Wonosobo. Seperti halnya, jembatan merah di Lipursari, Kecamatan Leksono yang merupakan jembatan peninggalan Belanda. Sayangnya, kondisi jembatannya mulai rapuh serta besi-besi jembatan sudah berkarat.

     “Brug Abang” itulah yang ada dibenak masyarakat Lipursari. Mereka membuat satu kesepakatan bersama untuk menamakan jembatan peninggalan Belanda dengan sebutan “Brug Merah”.

    Nama itu diambil, karena sejak zaman penjajahan Belanda hingga saat ini, jembatan tersebut selalu diberi warna cat merah. Tak ada satupun makna dari pemberian warna cat merah, tetapi warga Lipursari melihat langsung jembatan tersebut kemudian menamakannya jembatan merah.

    “Sejak dulu memang dinamakan jembatan merah, karena warna catnya itu merah. Sehingga, ketika melalui jembatan tersebut, maka masyarakat memberi nama “Brug Abang”,” kata Wagiman kepala Desa Lipursari, Kecamatan Leksono kepada Harian Wonosobo di kantornya, Rabu (3/2/2016).

    Untuk mengganti warna, kata Wagiman tidak berani. Karena, warna yang dibuatnya itu merupakan warisan sejarah. Sehingga, memiliki makna historinya.

    “Kami sendiri tidak berani untuk merubah warnanya. Karena, ada nilai sejarahnya,”tuturnya.

    Menurutnya, jembatan tersebut tak ada yang tahun zaman pembuatannya. Karena, warga sekitar mengetahuinya sudah terbangun jembatan. Namun, ada beberapa sesepuh yang mengetahuinya, tetapi sudah meninggal.

    “Sekarang sudah tidak ada yang tahu, kapan jembatan itu dibangun. Bahkan, zaman ayah saya juga sudah tidak tahu mas, paling sesepuh zaman dahulu, mungkin banyak yang tahu,”katanya.

    Meskipun demikian, kata Wagiman jalan Lipursari, dahulunya merupakan jalur utama yang menghubungkan ke wilayah Kaliwiro. Karena, dahulunya, warga Kaliwiro melalui jalan tersebut ketika hendak ke wilayah perkotaan.

    “Pada zaman Belanda, jalan Lipursari adalah jalan utama yang menghubungkan ke Kaliwiro. Karena, dari Lipursari, kemudian ke Kaliwiro, dan dilanjutkan ke Kauman hingga sampai Jogjakarta,”tuturnya.

    Bukti jalan tersebut merupakan jalan utama menuju Jogjakarta, adalah dengan adanya jembatan peninggalan Belanda. Kemudian, ada kabel telefon yang terpasang dan sekarang sudah hilang.

    “Jembatan merah ini adalah bukti, jalan Lipursari merupakan jalur penting. Karena, dari Jogja, belanda masuk ke Wonosobo melalui Lipursari,”katanya.

    Perkembangan zaman, jalan tersebut mulai tidak dilewati lagi. Selain, kondisinya yang tak layak, juga semakin hari, semakin menyempit.

    “Setelah adanya jalur Sawangan, maka yang paling ramai adalah Sawangan. Padahal, jalur Lipursari lebih dekat, ketika hendak ke Kaliwiro,”tututurnya.

    Menurutnya, kondisi jembatannya sudah mulai memprihatinkan. Karena, jembatannya sudah mulai terlihat rapuh. Sementara, besi-besi yang digunakan untuk penahan jembatan juga sudah mulai berkarat.

    “Sudah saatnya ada upaya perbaikan jembatan, karena kondisinya sudah terlihat rapuh. Bahkan, terlalu sempit, hanya bisa dilalui satu kendaraan roda empat saja,”jelasnya. (Red-HW99/Foto: Mi-Harian Wonosobo).

    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Misteri Jembatan “Merah” Wonosobo yang Mulai Rapuh Rating: 5 Reviewed By: Unknown
    Scroll to Top