Iklan

Iklan

iklan

iklan
  • Berita Terkini

    Friday 29 January 2016

    Ini Dia Sang Penakluk Bajing Loncat di Wonosobo

    H Suhardi saat ditemui di rumahnya.
    Profil Pengusaha transportasi tersukses di Wonosobo
    Wonosobo, Harian Wonosobo - Mengukir karir dari kernet, lalu jadi sopir hingga memiliki 30 truk tanki. Itulah sekilas perjalanan H. Suhardi pengusaha transportasi asal Tawangsari, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo yang berhasil sukses, menitih karir dari ruang terbawah.

    Begini Ceritanya!

    Kondisi ekonomi keluarga, menghantarkan Suhardi kecil putus sekolah. Setamat SD, Suhardi tak bisa melanjutkan, kalau dipaksakan akan menambah beban ekonomi keluarga. Kernet adalah pilihan hidupnya, karena dari kernet truk, membuat Suhardi merasakan pahitnya kehidupan. Lalu merasa, pentingnya mencintai pekerjaan serta kerja keras dalam melakukan pekerjaan.

    “Saya memulai bisnis truk merangkak sejak kecil. Waktu itu karena keadaan ekonomi orang tua, atau keterbatasan eknomi orang tua, saya tidak meneruskan sekolah. Lalu, memilih jalan hidup menjadi pembantu pengemudi atau kernet,” tutur pengusaha transportasi terbesar di Wonosobo ketika ditemui Harian Wonosobo, di rumahnya, Rabu (27/1/2016).

    Tak berselang lama, sekitar satu tahun kemudian, Suhardi mencoba belajar menyetir. Karena, bagi Suhardi hidup itu harus berani mencoba.  Berkat kedekatannya dengan sopir, sembari menjadi Kernet, Suhardi diajari cara mengemudi.

    “Saya menjadi kernet itu sejak tahun 1969 hingga 1970. Dan tahun 1970 saya sudah menjadi sopir,”tuturnya.

    Melihat peluang ekonomi yang besar dibidang tranportasi, pada saat itu tahun 1970 sampai 1975, musti mengemudikan truk milik orang lain, Suhardi memiliki angan-angan untuk bisa memiliki truk sendiri.

    Untuk bisa memiliki truk, selama 5 tahun Suhardi menghabiskan waktunya dengan mengemudi truk. Uang yang didapatkan dari jasa truk, dikumpulkan, lambat laun, selama 5 tahun uang sudah terkumpul lalu digunakan untuk membeli truk colt T.

    “Waktu itu paling enak, karena angkutan masih ramai, angkutan yang ke Jakarta masih sedikit. Akhirnya, saya tahun 1975 sudah punya truk sendiri. Waktu itu sudah punya colt T sebanyak 4,”kata ayah empat anak ini.

    Tak berhenti disitu, berbekal 4 truk itulah membuat Suhardi semakin semangat dalam menjalankan bisnis jasa transportasi. Musti sudah meiliki 4 truk, tetapi Suhardi tetap menjadi sopir. Berjalannya waktu, kurun waktu 4 tahun, Suhadi mendirikan usaha sendiri.

    “Jalan terus sembari nyopir, tahun 1979 saya memiliki usaha sendiri, terus jalan, satu kelola sendiri,”tuturnya.

    Berbekal keyakinan, banyak temen, ngalah sendiri. Akhirnya, tahun 1983 mendirikan perusahaan transportasi yang diberi nama PT Tanah putih.

    “Itu berawal ketika diberi kepercayaan oleh PT KIA keramik dan super itali untuk mengirim bahan baku dari Kaliwiro. PT Tanah Putih berasal dari bahasa tanah putih, lempung yang tanahnya putih. Jalan terus, Alhamdulillah sampai bisa seperti ini,”tuturnya.

    Usaha pengiriman tanah lempung itu memberikan peluang besar untuk menjadi pengusaha besar. “Sayangnya, pada tahun 1993 pabrik besar tetapi bahan bakunya tidak mencukupi, hingga akhirnya berhenti. Dan pada saat itu sudah memiliki 20 truk,”tuturnya.

    Mengingat kerjasama dengan PT KIA berhenti, pada tahun 1994, Suhardi banting setir untuk beralih usaha dibidang tanki pengiriman gas milik pertamina.

    “Pada tahun 1994, sepulang haji semua truknya saya jual, dan bisa untuk membeli tanki,”jelasnya.

    Bakat usaha serta keseriusan untuk mengelola jasa pengiriman gas pertamina, mampu membuat Suhardi mendulang. Sebab, kebutuhan bahan bakar minyak semakin besar, sementara hanya satu jasa transportasi gas pertamini di Wonosobo, yakni yang dimiliki Suhardi.

    “Setelah itu saya dapat kepercayaan pertamina. 20 truk saya jual, dan pertama dapat tangki 2. Proses, dua, pelan, ganti, ganti, hingga akhirnya mampu fokus didunia pengiriman pertamina,” terang pria yang juga didapuk sebagai Wakil Ketua I BIdang Migas Jateng-DIY.

    Pilihannya menjadi seorang truker, itu didasari karena sejak awal habitatnya adalah kernet.

    “Karena habitatnya dari kernet atau pembantu pengemudi.  Ya saya rasa, waktu itu angkutan Wonosobo, Jakarta Surabaya memang tidak ada,”jelasnya.

    Bagi Suhardi, jalan yang dilakukan selama ini sudah sesuai impian. Namun, saat ini sudah tidak sama dengan dahulu, persaiangan semakin ketat. Namun, masih punya impian untuk menjadikan Wonosobo lebih baik.

    “Sebenarnya untuk transporatsi memang seperti itu. Karena sekarang lebih sulit, persaingan. Saya sebenarnya pingin, menjadikan Wonosobo lebih baik, baik dari usaha, tranporasi, pariwisata. Sekarang sudah kembali ke habitat. Kegigihan, Ketekunan, banyak teman, Kejujuran. Walaupun saat ini jujur kurang populis,”tuturnya.

    Hidup yang dirasakan, tak semudah dibayangkan. Karena, ketika menjadi sopir, aral merintang menyelimuti hidupnya. Ia harus berhadapan dengan Bajing Loncat..

    “Sebenarnya banyak seneng. Kernet seneng, nyopir seneng. Susahnya kan dalam keadaan, pas angkutan sepi, kebetulan pada waktu itu gak pernah sepi,”katanya.

    Tetapi, satu yang tak pernah dilupakan adalah perkelahian dengan bajing loncat. Karena, pada waktu itu tantangan terbesar adalah dengan bajing loncat atau garong-garong dijalanan.

    “Garong di jalanan, pada tahun 1975 saya pernah dikeroyok, ini tangan bekas sabetan celurit di Priok. Waktu itu saya bawa kedelai ke Wonosobo, terus dinaikin didepan dua orang, diatas 3, disamping saya satu. Mau minta barangnya, saya gak boleh tak kasih uang Rp5000, waktu itu uang Rp5ribu sangat besar. Tetapi mereka tidak mau, hingga akhirnya saya berkelahi melawat komplotan garong,”jelasnya.

    Bagi Suhardi, tradisi bajing lompat masih ada. Tetapi, caranya lebih canggih, dengan mengatasnamakan yayasan.

    “Sudah menjadi tradisi, sekarang lebih canggih. Canggihnya, minta truknya, sehingga mereka membikin semacam yayasan, pengamanan di jalan, kita kena bulanan. Kalau sekarang lebih terorganisir,”jelasnya.


    Pahit getirnya menjadi seorang kernet, hingga membuat Suhardi saat ini memiliki 30 truk tanki muatan gas pertamina. Meskipun demikian, Suhardi tetap meyakini, semua kesuksesan yang diperolehnya berkat cintanya terhadap pekerjaan.

    “Kuncinya itu mencintai, apapun pekerjaannya,”tuturnya.  (Red-HW99/Foto: Mi-Harian Wonosobo).

    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Ini Dia Sang Penakluk Bajing Loncat di Wonosobo Rating: 5 Reviewed By: Unknown
    Scroll to Top