Pejalan kaki asal Kauman, Anji mengaku, setelah sungai diarea perkotaan dibangun trotoar pejalan kaki bisa leluasa saat berjalan kaki. Apalagi dipinggir-pinggir trotoar sudah terpasang rapi pohon sawo. Akan tetapi, bukannya memberikan daya tarik bagi yang memandangnya, justru membuat enggan untuk melihatnya. Karena, daunya mulai kering dan terlihat mulai mati.
“Awalnya kondisi daun sawonya hijau dan cukup bagus. Tetapi, lama kelamaaan malah mulai kering. Hanya sebagian saja, yang kondisi daunnya masih hijau, lainnya sudah banyak yang kering dan tak bernyawa,” tuturnya di sela-sela melalui jalan tersebut, Rabu (30/12/2015).
Tak sedikit pejalan kaki yang menyayangkan, karena sebelumnya kondisi jalan tersebut lebat dengan pohon besar. Namun, setelah pohon dibabat habis, kemudian dibuat trotoar dan ditanami buah sawo.
“Sebagian besar yang daunnya kering masih terikat rafia, karena rafia yang dikenakan untuk mengingat tidak dilepaskan. Harusnya dilepaskan, supaya daunnya bisa bebas dan tidak diikat,” tuturnya.
Senada dengan pejalan kaki lainnya, Misbah yang mengaku, awalnya merasa senang karena pohon sawo berjajar disepanjang trotoar. Namun, lambat laun terlihat tidak terawat, hingga akhirnya daunnya kering.
“Dulu sempat berpikiran, kalau sudah berbuah, jalan-jalan bisa petik buahnya. Tetapi, hanya sebagian saja yang daunnya masih hijau. Lainnya sudah kering kerontang,”tuturnya.
Misbah sempat kaget, karena baru ditanam beberapa bulan sudah berbuah lebat. Sebab, semuanya terlihat berwarna coklat.
“Saya itu sempat kaget, karena mengira baru beberapa bulan ditanam sudah berbuah lebat. Ternyata, warna coklat lebat itu adalah daunnya yang sudah mengering,” katanya kepada Harian Wonosobo.
Ia juga mengharapkan, agar setelah ditanam jangan dibiarkan. Tetapi ada upaya untuk memeliharanya, supaya pertumbuhannya bisa bagus. “Menanam itu mudah, tetapi memeliharanya yang sangat sulit,”tuturnya. (Red-HS99/Foto: Mi/Harian Wonosobo).
0 komentar:
Post a Comment