Suasana pedagang sayur yang menjajakan dagangannya. |
Menurutnya, selama musim kemarau membuat tanaman wortel di daerah penghasil sayuran, Sirangkel kurang bagus. Banyaknya tanaman yang kekurangan air, memicu angka kematian tinggi. Akhirnya, membuat harga jual wortel naik 100 persen karena stok berkurang. “Harga wortel mulai naik terus, karena sebelumnya Rp5000 menjadi Rp6000 ribu per kilogram. Naiknya harga jual wortel di pasar terjadi sejak dua bulan terakhir karena pasokannya sangat sedikit,” tuturnya.
Dia mencontohkan, tanaman wortel yang berada di lahannya seluas setengah hektare hanya ada 25 persen yang hidup. Bahkan, biaya operasional juga bertambah dari Rp10 juta menjadi Rp15 juga sampai Rp20 juta yang digunakan untuk memasok air. “Sudah sangat sulit, karena harus rutin menyirami, agar pertumbuhannya bagus,”katanya.
Senada dengan Waluyo warga Kembaran, Kecamata Kalikajar yang mengaku, untuk bisa memanen wortel selama musim kemarau harus rutin untuk menyiraminya. Karena, proses pertumbuhannya juga sangat sulit.
“Memang harganya terus naik, tetapi sangat sulit sekali untuk bisa tumbuh dengan baik. Sebab, lahannya juga sudah retak-retak,”tuturnya.
Dampaknya, hasil panen juga menurun. Saat cuaca normal, satu setengah hektare lahan menghasilkan 20 ton wortel dengan keuntungan antara Rp5 sampai Rp10 juta. Namun kini hanya mampu sampai 10 ton, tapi bisa meraup uang Rp5 juta karena harganya tinggi. “Harganya memang sedang tinggi. Tetapi, keuntungannya juga sama dengan cuaca normal,” tuturnya.
Menurunya, harga wortel apabila harga dikisaran Rp6000. Petani sangat diuntungkan. Karena, untuk harga normalnya saja Rp2000. “Kalau harganya sudah Rp6000, keuntungannya sudah sangat banyak,”katanya. (red-Hw33/Foto: Harian Wonosobo).
0 komentar:
Post a Comment