Kondisi tanaman cabai yang mulai layu |
Miftah mengaku, hektaran tanaman cabainya sudah dipenuhi dengan debu. Bahkan, sebagian sudah mulai layu dan daunnya kering lalu mati. “Tak ada yang bisa dilakukan, karena pasokan air berkurang. Dan kami bisanya hanya membiarkan tanaman itu layu dan mati dengan sendirinya,” tuturnya.
Ia memperkirakan akan mengalami kerugian yang sangat besar. Sebab, untuk modal awal penanaman cabai sangatlah mahal. Sementara, tidak ada hasil yang didapatkan.
“Pertimbangannya kami itu, pertengahan September sudha turun hujan. Ternyata saat ini juga belum ada tanda-tanda turun hujan. Sehingga tanaman cabai kami mulai mati,” katanya.
Senada dengan petani di desa Candiyasan, Sukur yang mengaku, musim kemarau membuat tanahnya menjadi gersang dan tanaman mulai layu. Karena sudah mulai memasuki tahap berbuah, ia terpaksa mengambil air dari sungai yang berjarak sekitar 600 meter dari ladangnya.
“Sudah beberapa bulan saya menunggu hujan, tapi ternyata hujannya tidak turun-turun. Terpaksa saya harus menyiram cabai menggunakan air sungai. Sudah gitu, air sungainya pun sudah mulai mengering,” paparnya.
Menurutnya, musim kemarau tahun ini kondisinya lebih parah dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk tahun ini dia sudah hampir selesai membibit dan menanam cabai di ladanganya. “Musim kemarau yang terjadi saat ini jauh lebih lama dibandingkan sebelumnya. Apabila hujan tidak segera turun hingga dua minggu lagi, mungkin seluruh tanaman miliknya akan mati,” tuturnya. (Red-HW33/Foto: Harian Wonosobo).
0 komentar:
Post a Comment