Pedagang sayur sedang melakukan aktivitas jual beli
dipasar sayur Siwuran, Minggu (1/11).
|
Saryoto Petani Cabai asal Kalitelu, Desa Lumajang mengatakan, paling dibutuhkan petani adalah masalah keamanan harga. Selama ini petani selalu bermain dengan harga pasar. Karena, tidak ada campur tangan pemerintah untuk menstabilkan harga. “Kami sering dikasih tahu cara menanam yang baik. Tetapi, setelah kami bisa menanam dengan baik dan menghasilkan tanaman yang bagus kami kesulitan untuk memasarkan. Bahkan, kadang harganya tidak sebanding dengan biaya penanaman. Untuk itu, siapapun yang terpilih adalah membantu petani untuk bisa aman dari masalah harga,” tuturnya disela-sela menanam, Minggu (1/11/2015).
Menurutnya, selama ini pemerintah sudah hadir ditengah-tengah masyarakat. Tetapi, kehadiran mereka adalah memberitahu informasi akan model pengolahan dan penanaman yang sesuai standar. “Sayangnya kehadiran pemerintah untuk menstabilkan harga belum sampai. Kadang, terlalu banyak tangan yang bergerak sehingga dari petani harganya sangat murah,” tuturnya.
Disebutkan, masalah yang paling mendasar dirasakan petani adalah petani belum bisa mempridiksi harga. Sering sekali perkiraan petani selalu gagal. “Ketika harga sedang turun, harga tanaman dengan sms satu saja lebih mahal nilai sms nya. Karena, pernah harga tomat itu perkilonya hanya Rp500. Sementara, sms dua kali saja lebih mahal dibandingkan dengan nila hasil pertanian,” tuturnya.
Senada dengan Siro petani asal Munggang yang menginginkan, agar bupati terpilih menyiapkan pasar yang ditangani pemerintah. Artinya, pasar tersebut membeli semuah sayuran dan aneka hasil pertanian dengan harga yang stabil. “Nantinya petani bisa dengan mudah menjual barang hasil bumi langsung ke pemrintah. Tidak perlu menjual terlebih dahulu ke tengkulak atau lain sebagainya. Supaya, petani bisa merasakan akan hasilnya,”tuturnya.
Menurutnya, selama ini petani yang mengolah dan memlihara kadang mendapatkan hasil yang lebih kecil dibandingkan dengan tengkulak. Itupun ketika harga sedang turun tengkulak kadang tidak membelinya. “Kadang alasannya karena bukan langganan,”jelasnya.
Untuk itu, Ia berharap agar keinginan para petani itu segera direalisasikan oleh bupati yang terpilih nantinya. Supaya derajat petani akan meningkat. (Red-HW33/Foto: Harian Wonosobo).
0 komentar:
Post a Comment