Delapan warga Wonoyoso, Kecamatan
Mojotengah mengangkat replika batang pohon terbesar dalam karnaval memeriahkan
mardi dusun Wonoyoso, Kamis (5/11).
|
Delapan orang membawa replika batang pohon terbesar berkeliling empat dusun, yaitu Wonoyoso, Lemiring, Serang dan Mojosari. Replika tersebut merupakan sumbangan RT.Bukan hanya replika kayu, tetapi belasa replika binatang juga ditampilkan. Bahkan, kesenian tradisioanal berupa drum band, calung, gambus dan lengger ikut serta meramaikan karnaval tersebut. Tetapi, ada makna tersendiri dibalik dibuatkannya replika batang pohon lengkap dengan sinso dan tukang pikulnya.
Parman salah satu pembuat replika pohon mengaku, pembuatan replika batang pohon merupakan salah satu bentuk wujud syukur warga. Karena keberadaan pengusaha depo mampu meningkatkan derajat kemakmuran dan mengurangi pengangguran. “Oleh karena itu kami ingin menampilkan betapa besarnya manfaat dari sebatang pohon yang besar untuk warga. Kami membuat replika batang pohon, karena selama ini sumber rejeki sebagian warga berasal dari pohon. Untuk itu, kami membuat batang kayu lengkap dengan sinsonya,”jelasnya.
Disebutkan, replika batang pohon tersebut dibuat dari bambu. Lalu, dibentuk pola menyerupai batang pohon hingga akhirnya dibalut dengan terpal. “Proses pembuatannya sangat sederhana tinggal membentuk pola menyerupai bambu. Setelah dibalut lalu dicat saja,”tuturnya.
Kepala Dusun Wonoyoso, Kecamatan Mojotengah, Ma’sud mengatakan, sudah hampir tujuh tahun warga tidak pernah menggelar peringatan mardi dusun. Sehingga, ketika ada mardi dusun warga denan kompak ikut serta meramaikannya. “Karnaval ini ada 11 RT di dusun Wonoyoso yang ikut meramaikannya. Masing-masing RT menyuguhkan satu kesenian atau replika binatang maupun tumbuhan. Hasilnya, ada puluhan kesenian tradisional dan replika yang diarak oleh warga,” tuturnya disela-sela karnaval, Kamis (5/11/2015).
Warga memilih untuk membuat replika batang pohon terbesar karena hampir sebagian besar warga Wonoyoso mengandalkan sumber rejeki dari pohon. Artinya, pekerjaan mereka tak lepas dari angkat dan olah pohon yang sudah ditebang. “Ada sekitar belasan pengusaha asal Wonosoyo yang memiliki pabrik kayu. Sehingga, secara otomatis sebagian warga Wonoyoso ikut bekerja di depo atau langsung ke ladang menebangi pohon yang sudah dibeli,”katanya.
Menurutnya, mardi dusun ini merupakan langkah ucapan syukur warga. Karena, telah diberikan rejeki dan kesehatan oleh sang kuasa. “Ini adalah bentuk syukur warga, kami memperingatinya dengan karnaval, dangdut, wayang dan pologoro,”tuturnya. (red-HW33/Foto: Fatjam/Harian Wonosobo).
0 komentar:
Post a Comment