Simu petani
tomat asal Gondang, Jogoyitnan sedang memilih tomat yang akan dipasarken ke
Purwokerto, Kamis (4/2/2016).
|
Petani tomat asal Gondang, Jogoyitnan, Simu mengatakan, selama ini petani selalu beradu nasib, antara untung dan rugi. Sebab, ketika mengolah lahan, petani harus berani melakukan spekulasi.
“Kalau tidak berani berspekulasi, dipastikan tidak jadi menanam sayur, karena biaya operasinalnya sangat tinggi,”tuturnya disela-sela memanen sayur tomat, Kamis (4/2/2016).
Simu mencontohkan, untuk menanam tomat seluas 1 hektare saja. Obat yang dibutuhkan, sekali pengobatan paling tidak menghabiskan biaya hingga Rp5juta.
“Sekali mengobati tanaman tomat dengan luas lahan 1 hektare itu Rp5juta,”terangnya.
Padahal, tomat itu tidak akan mengalami hasil yang maksimal, ketika pengobatannya hanya satu kali. Dalam satu minggunya, paling tidak butuh dua kali.
“Tinggal menghitung saja mas, satu Minggu itu, paling tidak Rp10juta untuk mengobatinya,”jelasnya pada Harian Wonosobo.
Disebutkan, untuk penanaman tomat hingga panen, paling tidak butuh biaya pengobatan hingga Rp50juta. Jumlah tersebut hanya digunakan untuk biaya pengobatan.
“Karena harga-harga obat sangat mahal,”tuturnya.
Menurutnya, ketika harga stabil, petani tetap diuntungkan. Karena, biaya pengobatan Rp50juta. Tetapi, ketika panen, paling tidak bisa menghasilkan uang Rp70juta.
“Hitungannya begini, kalau harga tomat masih dikisaran Rp4ribu perkilogramnya, kami masih untung. Tetapi, kalau sudah dubawah Rp3ribu, kerugian akan mendera petani. Sebab, harga obat-obatan sudah sangat mahal,”tuturnya.
Senada dengan petani sayur kubis lainnya, Sugiono yang mengaku, selama musim tanam petani memilih jalan untuk meminjam uang. Hal itu digunakan, untuk modal operasinal petani, kalaupun harga sedang tidak baik, maka petani akan menanggung resikonya.
“Sebagian besar petani terpaksa meminjam modal membeli bibit, pupuk serta obat ke rentenir. Karena, belum ada solusi lain,”jelasnya.
Menurutnya, para petani mengetahui resiko meminjam uang rentensir sangat merugikannya. Namun, belum ada jalan lain, yang bisa dilakukan, selain pinjam rentenir. “Modalnya sangat terbatas, karena sekali panen, habis untuk membayar hutang,”tuturnya. (Red-HW99/Foto: Jam-Harian Wonosobo).
0 komentar:
Post a Comment